Jumat, 28 Januari 2011

KARYA TULIS : Hj. Dumasari Harahap, SH, MSi

ORGANISASI PEMBELAJARAN (LEARNING ORGANIZATION)

Oleh : Hj. Dumasari Harahap, SH, MSi

Widyaiswara Badan Diklat Provinsi Sumatera Utara


          Selaku SDM aparatur yang harus antisipatif terhadap perubahan, menghendaki adanya semangat pembelajaran secara bersama dan terorganisir dalam mencapai tujuan organisasi yang dikatakan sebagai Organisasi Pembelajar (Learning Organization), yaitu suatu organisasi yang anggotanya terdiri dari orang-orang yang secara terus-menerus meningkatkan kapasitas mereka untuk mencapai tujuan yang didambakan, dimana pola pikir baru dipelihara, aspirasi kolektif dibiarkan bebas dan dimana orang-orang secara terus menerus belajar untuk bagaimana belajar bersama-sama.
          Lima komponen organisasi pembelajar yang perlu diperhatikan untuk dikembangkan adalah :
1.     Berpikir Sistim (System Thinking)
System Thinking merupakan pondasi dari organisasi pembelajar, suatu cara berfikir dengan memandang secara keseluruhan (Holism), bukan bagian (partial) tetapi dengan penekanan adanya keterkaitan antara variabel satu dan yang lain, sehingga akan diperoleh suatu pandangan yang objektif. Ciri yang dapat kita lihat pada orang yang berfikir Sistemik adalah akan mempunyai suatu perilaku tertentu pada struktur tertentu, dimana struktur mempengaruhi perilaku dan selalu disesuaikan dengan Kaidah Sistem, dimana tidak ada kebijakan yang dapat dipaksakan tanpa melihat akar permasalahan.
2.     Keunggulan Perseorangan (Personal Mastery)
Personal Mastery adalah kepemilikan semangat pembelajar perseorangan yang selalu mengukur diri (realitas saat ini) dengan kemajuan dan perkembangan yang terjadi dan berfikir-tindak untuk mencapai tingkatan kemajuan ideal yang dicitakannya (visi), personal mastery selalu mempertahankan adanya Tegangan Kreativ, yaitu pengelolaan Gap antara visi dengan realitas saat ini secara terus menerus dengan keinginan yang kuat, berdasarkan kemampuan yang dimiliki melalui komitmen terhadap kebenaran dan penggunaan kemampuan bawah sadar (sub conscious).
3.     Mental Models
Disiplin model mental merupakan semacam anggapan (subposition) dan penyamaran (generalistation) yang ada dalam alam kesadaran kita untuk menerima atau menolak suatu rangsangan (impuls). Dengan demikian, model mental dapat dikatakan sebagai suatu proses menilai diri sendiri untuk memahami, asumsi, keyakinan dan prasangka atas rangsangan yang muncul. Proses ini membutuhkan kemauan dan kemampuan untuk melakukan komunikasi yang seimbang, jelas, perasaan rendah hati dan terbuka melalui proses pembelajaran yang intensif.
4.     Membangun Visi Bersama (Building Shared Vision)
Merupakan disiplin dan keterampilan dalam menyatukan gambaran masa depan suatu kelompok secara bersama-sama dengan mendorong komitmen yang tulus, dimana banyak orang benar-benar komit, karena mencerminkan visi pribadinya sendiri. Disiplin ini menuntut para pemimpin untuk menyadari bahwa visi yang dihayati bersama menumbuhkan rasa kebersamaan.
5.     Pembelajaran Tim (Team Learning)
Team Learning adalah suatu disiplin untuk meningkatkan keterampilan komunikasi, tetapi suatu disiplin yang mengaitkan “apa yang kita lihat dengan apa yang kita simpulkan”. “Team Learning”  mentrasformasikan “skill” ke dalam kemampuan seseorang yang selanjutnya melahirkan pemikiran bersama untuk mewujudkan “shared understanding” dan “shared undervision”.
Esensi Team Learning adalah “Alignment” atau kesetaraan dalam tim kekuatan individu akan saling mendukung. Dengan demikian apabila sebuah tim kemitraan mantap akan menunjang kesatuan pencapaian sasaran, tanpa membuang energi, “shared vision” lebih berperan dalam pembelajaran tim. Jadi Team Learning adalah proses dari “alignment and developing the capacity of the team” untuk mencapai hasil yang diinginkan. Learning mengandung lima pengertian :
-       “Learning how to learn collectively about generative learning”
Belajar bagaimana belajar bersama untuk menghasilkan pembelajaran yang generatif berdasarkan pengalaman.

-       Belajar dalam arti “to learn”
Belajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan (knowledge) baru berdasarkan pengalaman.
-       Belajar dalam arti “to re-learn”
Mempelajari ilmu/kearifan lama yang masih relevan tetapi sudah terlanjur terlupakan atau usang dan tidak digunakan lagi.
-       Belajar dalam arti “to unlearn”
Mempelajari bagaimana “menanggalkan/meninggalkan sama sekali hasil pelajaran terdahulu” yang ternyata sudah usang dan tidak cocok lagi dengan tuntutan zaman.
-       Belajar dalam arti mempelajari sampai mengerti atau belajar dalam pengertian “berfikir secara sistem agar kita dapat menelusuri masalah pelik”.
Pembelajaran tim memiliki tiga dimensi yaitu :
1.    Keharusan untuk berfikir jernih dan mendalam menghadapi masalah (issue) yang pelik.
2.    Kebutuhan untuk bertindak inovatif dan terkoordinasi.
3.    Kesediaan anggota tim untuk berperan dalam tim-tim sehingga saling melengkapi dan saling menunjang.
Selain itu, “Team Learning” merupakan proses kemitraan (alignment) dan pengembangan kapasitas untuk mewujudkan hasil yang didambakan. Melalui kemitraan maka akan tumbuh rasa kebersamaan yang kuat dimana masing-masing individu akan proaktif menyalurkan energinya, sehingga terwujud kesamaan tujuan, visi dan pemahaman diantara individu. Oleh karena itu, kemitraan (alignment adalah kondisi yang dibutuhkan sebelum pemberdayaan individu yang akan memberdayakan tim secara keseluruhan.
Pembelajaran tim diperlukan dalam rangka mewujudkan organisasi pembelajaran. Pembelajaran tim pada dasarnya merupakan proses peningkatan kapasitas tim sehingga terciptanya hasil-hasil yang merupakan perwujudan keinginan dan kerjasama tim. Pembelajaran tim sangat berkaitan dengan keterampilan dan keahlian individu secara kolektif yang menghasilkan pemikiran lebih berkualitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar