Senin, 07 Februari 2011

CERITA PENDEK

Pahitnya Garam Kehidupan Ditengah Telaga
…kisah motivasi yang menyejukkan…

Suatu hari dikisahkan ada seorang pemuda yang sedang dirundung masalah, cobaan, dan ujian, begitu kompleknya masalah tersebut seakan akan pemuda itu tidak kuat menahan cobaan tersebut…kiamat kali ye…singkat cerita dianjurkanlah pemuda tersebut oleh temannya untuk menemui orang bijak yang berada di hutan dan didekat telaga.
akhirnya datanglah pemuda tersebut ke hutan, dengan langkah yang gontai dan muka yang ruwet, nampak kelihatan tidak bersemangat dalam hidupnya karena beban masalah yang dipikulnya.
singkat cerita pemuda tersebut menceritakan semua masalahnya, satu persatu masalah di utarakan dan orang bijak tersebut mendengarkan dengan seksama, setelah semua masalah diutarakan lalu orang bijak tersebut mengambil segenggam garam dan segelas air putih…lalu dimasukkanlah segenggam garam tersebut ke dalam gelas …lalu diaduk..
dalam hati pemuda … apa maksudnya orang bijak ini…
kemudian berkatalah orang bijak tersebut “hai anak muda … minumlah air ini” dengan perasaan yang ragu pemuda tersebut meminum air garam yang ada di gelas…
bagaimana rasanya nak… ujar pak tua
huff…pahit,…pahit sekali... jawab pemuda sambil meludah kesamping
Dan orang bijak itu tersenyum, lalu ia mengajak pemuda itu untuk berjalan ke tepi telaga sambil membawa segenggam garam, kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga itu.
Orang bijak itu lalu menaburkan kembali segenggam garam ke tengah telaga, dengan sepotong kayu dibuatlah gelombang mengaduk aduk telaga tersebut. “Hai anak muda minumlah air telaga ini”.. kata orang bijak tersebut.
dengan penuh rasa penasaran lalu pemuda itu meminum air telaga itu.
bagaimana rasanya nak… ujar pak tua
“segar..” kata pemuda tersebut, “apakah kamu merasakan garam didalam air itu?” taya orang bijak. “tidak” jawab anak muda.
Dengan bijak maka ia menepuk punggung si anak muda itu dan mengajaknya duduk berhadapan , bersimpuh disamping telaga itu. ” Anak muda dengarkanlah , pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. jumlah dan rasa pahitnya adalah sama.
” tetapi, kepahitan yang kita rasakan , akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya, itu semua akan tergantung pada hati kita, jadi saat kamu merasakan kepahitandan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan lapangkanlah dadamu untuk menerima semuanya, luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.
Hatimua adalah wadah itu, perasaanmu adalah tempat itu, kolbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. jadi jangan jadikan hatimu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam semua kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan”
ingatlah bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan kepada hambaNya manakala hambaNya tidak kuat menerima cobaan itu, dan cobaan demi cobaan itu adalah sesungguhnya untuk menebus dosa-dosa yang kita perbuat dan mengangkat derajat hambaNya…
dan akhirnya pemuda itupun mengerti…

Rabu, 02 Februari 2011

CERITA PENDEK


JANGAN PELIT BERAMAL ATAU BERBAGI

       Ada kisah seorang laki-laki yang memiliki tiga orang anak. Karena dia seorang pengusaha, maka dalam membesarkan ketiga anak-anaknya itu mereka memberikan perhatian yang berbeda-beda. Anak Pertama adalah seorang anak laki-laki yang diberi nana Harben (seperti nama orang Barat). Dia adalah anak kesayangan, apapun permintaannya dituruti. Bahkan pendidikannya pun memang diberi kesempatan sampai keluar negeri. Kepadanya digantungkan segala harapan dan kebanggaan.
       Anak Kedua seorang anak perempuan yang diberi nama Annisa. Sebagai anak satu-satunya, tentu dia juga sangat disayangi. Namun oleh ayahnya tidak semua keinginannya dituruti. Seperti halnya pendidikan, dia cukup pendidikan, dia cukup pendidikan dalam negeri, tak usah luar negeri. Dan terakhir Abak Bungsunya adalah Amshori dia tinggal menerima sisa-sisa perhatian ayahnya yang nyaris habis karena perhatian ayahnya tersebut telah diberikan kepada Harben dan Annisa.
       Ketika lelaki itu sudah menua dan mendapat tanda-tanda ajal telah dekat, dipanggillah ketiga anaknya itu.
       “Harben, kamu adalah anak kebanggan ayah. Tidak lama lagi ayahmu ini meninggal. Apa yang akan kau lakukan untukku, Nak?” tanya lelaki itu.
       “Ya, kalau sudah mau meninggal ya, silahkan saja meninggal. Mau diapakan lagi?! Memang sudah waktunya, mau diapakan lagi”, jawab Harben.
       Lelaki itu sangat terpukul. Anak yang selama ini dibesar-besarkannya ternyata begitu buruk perlakuannya.
       Lalu dia mendekati anak keduanya, Annisa.
“Ayah sudah mau meninggal, Nak. Apa yang akan kamu lakukan terhadap ayahmu ini, Nak?”
       “Apa ya?” jawab Annisa, “O ya..tentu Annisa akan mengantar ayah sampai ke kuburan,” lanjutnya.
       Lelaki itu masih menyimpan kesedihan yang mendalam. Anak manis itu seperti kebanyakan orang, hanya akan mengantarnya sampai ke kuburan. Ditengah rasa sedih yang mendalam itu Dia mendekati Amshori, anak bungsunya yang selam ini jarang dia beri perhatian dan kasih sayang.
       “Maafkan aku, Nak. Selama ini ayahmu kurang memperhatikanmu. Ayah ini tidak lama lagi akan meninggal, Nak.
       Di luar dugaan, tiba-tiba Amshori menjawab : “Memang benar selama ini saya kurang mendapat perhatian ayah. Tetapi ayah tetap ayah saya! Saya wajib berbakti kepada ayah, biarlah saya saja yang menemani ayah menghadap Sang Pencipta”.
       Lelaki itu akhirnya meninggal. Dan benar-benar hanya Amshori yang menemaninya sampai ke dalam kubur.  
            

Selasa, 01 Februari 2011

SEMINAR LOKAKARYA ANGKA KREDIT DAN KARYA TULIS ILMIAH WIDYAISWARA PROVINSI SUMUT

Latar Belakang


Sejak ditetapkannya Peraturan MenPan No. 14 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya beserta petunjukan pelaksanaannya, Widyaiswara di Sumatera Utara belum sepemahaman mengenai pengajuan dan pengenalan Angka Kredit karena belum pernah dilaksanakan sosialisasi ataupun bentuk-bentuk pertemuan lainnya di hadapan para penyelenggara diklat maupun widyaiswara di Sumatera Utara ini. Dengan demikian Badan Diklat Provinsi Sumatera Utara bekerjasama dengan Ikatan Widyaiswara Indonesia (IWI) Provinsi Sumatera Utara mengadakan Seminar Lokakarya  Angka Kredit dan Karya Tulis Ilmiah Widyaiswara Provinsi Sumatera Utara dengan menghadirkan Narasumber dari LAN-RI untuk dapat menjelaskan secara maksimal hal-hal yang menyangkut materi-materi dalam Lokakarya ini.

Tujuan

Lokakarya ini dilaksanakan sebagai salah satu upaya untuk memahami dan menyatukan persepsi lembaga-lembaga kediklatan dan para widyaiswara terhadap Permenpan No. 14 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya serta Peraturan Kepala LAN-RI No. 9 Tahun 2008 Tentang Penulisan Karya Ilmiah (KTI), serta Peraturan Kepala LAN-RI No. 3 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penghitungan Angka Kredit Widyaiswara. Adapun tujuan lain daripada diadakannya Seminar Lokakarya ini adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan mutu pengajaran Widyaiswara dan pengembangan profesi dalam bentuk penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) sesuai mata diklat yang diampunya;
2. Meningkatkan kompetensi para Widyaiswara sehingga akan mengarah kepada adanya Widyaiswara yang professional dan berkualitas.

Narasumber

  Seminar Lokakarya ini mengundang Pejabat dari LAN-RI untuk dapat menjelaskan secara maksimal hal-hal yang menyangkut materi-materi dalam lokakarya ini.

 Peserta

Peserta kegiatan Seminar Lokakarya ini meliputi seluruh Widyaiswara dari berbagai Lembaga Diklat se Sumatera Utara sebanyak ± 100 peserta.
 

Pendaftaran

Biaya pendaftaran sebesar Rp. 50.000 ,-/ orang





  Waktu & Tempat


Seminar Lokakarya dan Karya Tulis Ilmiah ini akan diadakan pada

Tanggal          :  02 Februari 2011
Bertempat di  : Badan Diklat Provinsi Sumatera Utara
                           Jl. Ngalengko No. 1 Medan 20236
Pukul                : 08.00 WIB s/d 16.00 WIB


Alamat Panitia 

Badan Diklat Provinsi Sumatera Utara No. 1 Medan 20236

Tel. (+62 61) 452 5430
        (+62 61) 453 1066

Fax. (+62 61) 452 5430

e-mail : badiklatsu@gmail.com
              www.badiklatsumut.blogspot.com